Beranda | Artikel
Sikap Orang Berilmu Terhadap Dakwah Tauhid
20 jam lalu

Sikap Orang Berilmu Terhadap Dakwah Tauhid adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Minhaj Al-Firqah an-Najiyah wa ath-Tha’ifah Al-Manshurah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Sabtu, 1 Shafar 1447 H / 26 Juli 2025 M.

Kajian Tentang Sikap Orang Berilmu Terhadap Dakwah Tauhid

“Adapun hari ini, maka tidak tersisa lagi dari ilmu-ilmu yang bermanfaat kecuali sangat sedikit, itu pun pada diri orang-orang yang sedikit jumlahnya, dan alangkah sedikitnya di antara mereka yang mengamalkan ilmu yang sedikit itu. Cukuplah Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai pelindung dan Dia-lah sebaik-baik penolong.”

Ulama adalah pewaris para nabi, dan hal pertama yang diserukan oleh para nabi adalah dakwah tauhid. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul untuk menyerukan kepada umatnya ‘Beribadahlah kalian kepada Allah semata-mata dan jauhilah thaghut (segala sesuatu yang disembah selain Allah)’.” (QS. An-Nahl[16]: 36)

Dijelaskan bahwa thaghut adalah segala sesuatu yang disembah selain Allah dan ia ridha dengannya. Oleh karena itu, wajib bagi para ulama untuk memulai dakwah dengan tauhid, sebagaimana yang dicontohkan oleh para nabi.

Satu cara pandang yang harus diluruskan, dan ini mungkin diketahui namun terkadang luput untuk dipegang teguh, adalah prinsip dakwah sebagai dakwah ilallah (mengajak manusia ke jalan Allah). Sesuai namanya, harus dilandasi dengan keikhlasan. Hal utama yang ditekankan adalah mengajak untuk mentauhidkan Allah.

Ketika melaksanakan ibadah dalam konteks berdakwah ini, ukuran keberhasilan dalam berdakwah terletak pada sejauh mana kita menegakkan tujuan dakwah yang benar.

Ukuran keberhasilan dalam berdakwah serupa dengan melaksanakan shalat atau ibadah lainnya. Apabila seseorang telah berusaha mengamalkan shalat sesuai sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang bersabda: “Salatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”

Bila sudah berusaha mengikhlaskan, merenungkan ayat yang dibaca, dzikir, atau doa dalam shalat, namun masih ada gangguan dan bisikan setan, dan sudah berusaha mengamalkan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

Dalam hal ini, keberhasilan jangan diukur dari keinginan diri sendiri. Dalam berdakwah, ukurannya bukan pengikut yang banyak. Telah disebutkan bahwa para nabi dan para rasul ada yang tidak memiliki pengikut sama sekali. Mereka tidak gagal dalam berdakwah. Mereka berhasil dalam dakwahnya karena menyerukan kepada tauhid, memulai dengan apa yang Allah perintahkan untuk dimulai dalam berdakwah.

Ini adalah ukuran dalam memahami agama. Jadi, jangan mengatakan bahwa ketenangan baru dirasakan bila semua orang sudah berubah dan menerima dakwah salaf. Tentunya ini yang diharapkan, tetapi kenyataannya adalah sesuatu yang bisa dikatakan tidak akan terjadi karena Islam akan kembali asing di akhir zaman. Berarti, perjuangan mendakwahkan Islam yang benar, mendakwahkan tauhid, akan semakin banyak penentangnya. Jangan berharap semua orang akan langsung menerima. Jangankan satu negeri, satu kampung saja sulit diharapkan seperti itu. Namun, ini tidak berarti kegagalan dalam perjalanan dakwah jika hal tersebut belum terwujud. Atau, sebagian besar orang di kampung menerima dakwah tauhid, meskipun harapan ini belum terwujud sepenuhnya. Seseorang tidak gagal dalam berdakwah selama tetap meniti jalan Allah yang lurus, selama tetap bersabar di atas sunnah.

Inilah yang disebut keberhasilan dalam berdakwah. Ini pula yang menjadi tolak ukur keberhasilan dakwah sebagaimana yang dialami oleh para nabi dan para rasul ‘alaihimussalatu wassalam. Dakwah para nabi dan para rasul tidak selalu berarti seluruh umat mereka beriman atau mengikuti seruan mereka. Justru, banyak umat yang menentang para nabi dan rasul, terutama tokoh-tokohnya. Kemudian, di antara para nabi dan rasul mendoakan agar azab Allah Subhanahu wa Ta’ala turun bagi umat yang durhaka. Hal ini terjadi. Padahal, kesempurnaan dakwah, nasihat, dan kesabaran para nabi dan rasul ‘alaihimussalatu wasalam dalam berdakwah tidak kurang sedikit pun.

Namun, mereka tetap menegakkan tauhid, tetap bersabar di atas jalan dakwah yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka, para ulama harusnya mengajak manusia kepada tauhid. Mengesakan Allah dalam semua jenis ibadah. Terlebih lagi berdoa, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shahih. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa itu dialah ibadah.” (HR. Tirmidzi, dan beliau mengatakan ini hadits hasan shahih)

Kesyirikan yang paling banyak terjadi adalah dalam hal meminta atau menyeru kepada selain Allah. Ini yang paling banyak dibantah dalam Al-Qur’an dan kenyataannya paling banyak terjadi di umat ini, kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kesyirikan ini nyata-nyata disebutkan secara terang-terangan di media sosial, di tontonan, bahkan di negeri-negeri yang menisbatkan diri kepada Islam.

Tentu, kita berdoa semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan hati kaum muslimin untuk kembali kepada tauhid yang benar. Ini adalah kenyataan yang terjadi, yang menunjukkan bahwa dakwah para nabi dan rasul ‘alaihimussalatu wasalam adalah dakwah yang selalu tepat dan sesuai diterapkan di setiap waktu, di setiap tempat, dan di semua keadaan.

Dan kebanyakan kaum muslimin hari ini terjerumus ke dalam perbuatan syirik dan berdoa kepada selain Allah.

Ingat, jika di zaman para ulama salaf dulu perbuatan syirik terjadi bahkan sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, apalagi di akhir zaman yang semakin jauh dari masa kenabian. Telah disebutkan di awal pembahasan kitab ini ketika Syaikh menukilkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang shahih dalam Sunan Abi Dawud dan yang lainnya, serta dinyatakan shahih juga oleh Syaikh Albani rahimahullah ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ، وَحَتَّى تَعْبُدَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي الْأَوْثَانَ

“Tidak akan terjadi hari kiamat sampai beberapa perkampungan dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan sampai beberapa perkampungan dari umatku menyembah berhala-berhala.” (HR. Abu Dawud)

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda demikian, yang berarti semakin jauh masa dan semakin dekat dengan hari kiamat, jelas keburukan semakin tersebar, apalagi keburukan syirik dan penyimpangan dari tauhid. Bagaimana mungkin kemudian orang menganggap masalah ini bisa dijadikan nomor dua atau nomor tiga, dikesampingkan, dan mengutamakan bentuk-bentuk dakwah lain yang bukanlah metode dakwah para nabi dan para rasul ‘alaihimussalatu wasalam sebagaimana yang Allah perintahkan kepada mereka.

Jadi, kebanyakan kaum muslimin hari ini terjerumus ke dalam perbuatan syirik dan berdoa kepada selain Allah. Ini merupakan sebab kebinasaan dan kerusakan mereka, sebagaimana binasanya umat-umat terdahulu yang Allah binasakan mereka karena perbuatan syirik. Mereka berdoa kepada orang-orang yang dianggap wali, berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemaksiatan dan Musibah: Syirik sebagai Akar Bencana

Kita sepakat bahwa kemaksiatan merupakan penyebab utama turunnya bencana. Sebagaimana firman Allah:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Maka musibah apa saja yang menimpa kamu itu akibat dari dosa-dosa yang kamu lakukan sendiri. Dan Allah maafkan kebanyakan dari dosa-dosamu.” (QS. Asy-Syura[42]: 30)

Maka, dosa apa yang paling besar kalau bukan perbuatan syirik? Oleh karena itu, musibah terbesar yang menimpa umat ini, dan umat-umat sebelum kita, adalah akibat perbuatan syirik. Ini terjadi karena selalu meminta kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah dosa yang paling dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ingatlah pernyataan dari Imam Abul Ali Rahimahullahu Ta’ala: “Barangsiapa yang berbuat maksiat di muka bumi, berarti dialah yang menyebabkan terjadinya bencana di muka bumi.”

Sebab, kebaikan bagi langit dan bumi adalah dengan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi, ini merupakan penyebab kerusakan terbesar, termasuk penyebab keadaan yang menimpa kita saat ini. Misalnya, permasalahan ekonomi, kekacauan, ketidakamanan, dan sebagainya. Ini adalah musibah. Pasti sebabnya adalah perbuatan maksiat yang ternyata masih banyak terjadi di sekitar kita, dan porsi penegakan dakwah tauhid yang disebarkan kepada umat ini masih kurang.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55353-sikap-orang-berilmu-terhadap-dakwah-tauhid/